Minggu, 09 November 2008

Kenapa Kita Terobsesi Terhadap Sebuah Produk


Pernah ga sih kalian kepikiran, kenapa kalian memiliki sebuah benda yang betul-betul kalian sayangi, senangi, atau apapunlah istilahnya...

ceritanya gini...saya punya satu benda yang gakan pernah saya jual sampai kapanpun...benda itu berupa jam merk casio model lama dan harganya murah...dan masih saya pake nyampe hari ini...secara fisiknya, tidak ada yang menarik dari jam ini, bisa dibilang ini adalah jam tangan yang sudah waktunya untuk dibuang..

pertanyaannya adalah, "kalo emang udah jelek ngapain masih dipake ?"...sebuah pertanyaaan sederhana, tetapi sulit bagi saya untuk menjawabnya. tapi mungkin kurang lebih penjelasannya adalah seperti ini...

Menurut mbah D.A.Norman dalam bukunya yang berjudul EMOTIONAL DESIGN, why we love (or hate everyday thing)...dikatakan bahwa manusia itu hidup dalam tiga tingkatan kesadaran, sbb :
  1. Visceral level : suatu bentuk kesadaran yang sifatnya "spontan, cepat, reaksi pertama (hello point), dimana dalam tingkatan ini masalahnya adalah seputar ini atau itu, suka atau tidak suka. dalam tingkat kesadaran inilah reaksi pertama kita muncul pada setiap benda hidup dan mati yang kita temui untuk pertama kalinya.
  2. Behavioral level : suatu bentuk kesadaran yang terbangun akibat faktor kebiasaan, dan sangat mempengaruhi gerak motorik tubuh kita. jika anda bisa pulang ke rumah dengan selamat sementara anda menyetir mobil sambil melakukan hal lain (misalkan ngobrol) itulah dimana anda berada pada level kesadaran behavioral. level ini berurusan dengan ergonomi tubuh, nyaman atau tidak nyaman, berfungsi atau tidak berfungsi, dll
  3. Reflective level : suatu bentuk kesadaran yang terbangun akibat sebuah hubungan jangka panjang, dilakukan dengan kesengajaan...dan kadang terlihat tolol bagi orang lain tapi penting bagi diri kita. Dalam level ini terjadi yang namanya obsesif, posesif dsb...atau kalo bagi anak-anak sekarang sih mereka bilangnya hal yang sangat "gue banget nih"
Dalam kasus jam tangan saya...kemungkinan besar saya menyukai benda tersebut dengan tingkat kesadaran reflective...soalnya jam tersebut merupakan jam pertama saya yang saya beli dengan uang hasil keringat sendiri, sekaligus jam tangan pertama saya yang bukan jam mainan.

Coba kalian pikirkan dalam kasus diri kalian masing-masing...jika kalian memiliki sesuatu (apapun wujudnya) yang betu-betul berarti bagi kalian...disitulah kesadaran reflective kalian bermain....

Bagi seorang desainer produk, aspek emosional desain ini harusnya lebih di perhatikan lagi lebih banyak dari pada sisi teknis...karena orang akan mau melakukan hal yang tidak masuk akal bagi sesuatu yang mereka betul-betul sukai.

...but anyway that was just a thought...window for anti thesis is wide opened...


2 komentar:

  1. dude..kalau kita perhatikan dari nilai historikal suatu benda memang sering kita temukan banyak orang mempertahakan sebuah atau beberapa benda miliknya mengindahkan dari sisi apakah benda itu masih bagus atau masih tetap trendy untuk dipakai setuju deh..tetapi saya masih memberikan banyak pengecualian untuk benda2 yang dari segi nilai fungsi atau mudah purna jualnya yang sering hilir mudik berganti-ganti disekitar kita katakanlah uang hasil jerih payah kita pun banyak yang untuk pertama kalinya kita belanjakan untuk barang yang lebih menuntut banyak perbaikan atau penambahan sesuai tuntutan fungsi dari barang tersebut.contoh, komputer. seiring tuntutan pekerjaan kita yang membutuhkan kinerja lebih dari kemampuan komputer sebelumnya maka kita sering dengan mudah merelakan dan "menceraikan" perangkat2 di dalam isi komputer kita. contoh lain adalah Handphone, Digital Camera dll..kita harus akui juga nilai purna jual mendominasi pertimbangan kita untuk mempertahankan atau melelang barang2 kita yang asalnya sangat kita sayangi..bro kumaha kondisi meureunnya...hehe keep up the good work!

    BalasHapus
  2. Masalahnya gue punya baju tidur yg gpernah gue ganti mp skarang... cuma gue bingung... apa yg nyebabin baju tidur gue mpe g mau gue buang?

    BalasHapus