Kamis, 13 November 2008

Indonesia 50 Tahun Lagi

Saya sebagai generasi muda Indonesia, bisa dibilang kurang peduli terhadap kondisi kehidupan berbangsa saat ini.....yah kurang lebih sama aja sama kalian (anak muda yang laen). Bagi saya selama kehidupan saya berjalan normal dan baik-baik saja, maka peduli setan orang laen. Saya bukan penjahat dan saya juga bukan orang baik-baik....hanya seorang anak muda biasa dari Indonesia tercinta. Dan saya ingin mengajak kalian semua berkhayal tentang kondisi Indonesia 50 thn kedepan.

Ada pepatah dari mbah “Gorillaz” yang berbunyi “tomorrow is today”, yang jika kita kaitkan dengan kondisi bangsa ini maka artinya adalah sebagai berikut : Kondisi erekonomian Indonesia yang tidak maju-maju alias selalu maju selangkah dan mundur dua langkah, nilai rupiah yang selalu ditilep dollar, harga BBM yang selalu naik, sembako yang selangit harganya dan kartu kredit yang merajalela, tidak ada lapangan pekerjaan....dari kondisi perekonomian kita yang seperti itu bisa dipastikan bangsa ini akan semakin melarat dari hari kehari, dan kemiskinan akan semakin besar...walaupun kata pemerintah tingkat kemiskinan di Indonesia tiap tahun berkurang prosentasenya (tetap aja tolol ! jika taun sebelumnya kemiskinan adalah 30% dari 200jta penduduk dan taun ini jadi tinggal 27% tapi dari 250 jta penduduk. Hehe tololkan...apanya yang turun ?). kembali ke awal bahasan kita...kondisi ini akan menghasilkan kemiskinan yang maha besar, menghasilkan golongan marginal yang luar biasa jumlahnya.

Kemudian hal tersebut diperparah dengan kondisi pendidikan yang semakin hancur (sebagai cerminan coba liat bangunan sekolah). Dalam kondisi miskin dan bodoh, masyarakat akan banyak yang beralih untuk menyekolahkan anaknya ke sekolah agama yang bersifat feodal dgn sistem pengajaran yang tradisional....hal tersebut karena sekolah macam ini bisa dijalani tanpa perlu keluar duit, cukup dengan pengabdian pada sang pemilik, atau pimpinan sekolah, maka siswa bisa belajar agama dan sekaligus numpang hidup. Tidak ada yang salah dengan belajar agama, tapi celakanya tidak semua sekolah agama mengajarkan agamanya dengan cara yang benar. Lebih parah lagi karena sebagian besar malah kemungkinan tidak bersekolah sama sekali. Ketiga kondisi tersebut akan menghasilkan generasi dengan kondisi sebagai berikut : “miskin, bodoh, dan fanatic”, atau “miskin, bodoh, tetapi setia”.

Sekarang mari kita lanjutkan berkhayal berdasarkan dua kondisi diatas...
1. Pada kondisi “miskin, bodoh, dan fanatic”, bangsa kita ini lima puluh tahun kedepan diperkirakan akan menjadi pengeksport pejuang agama dan pejuang agama yang nyeleneh (teroris) yang terbesar di dunia.
2. Sedangkan pada kondisi “miskin, bodoh, dan setia”, bangsa kita akan menjadi pengeksport pembantu rumah tangga, pekerja kasar (kuli), dan pekerja sex komersial terbesar di dunia.
Mengapa bisa seperti itu...karena 50 tahun kedepan bangsa kita sudah kehabisan mineral tambang untuk dieksport....dan semua kekayaan alam kita sudah habis tergadai....yang tersisa adalah jumlah penduduk yang banyak, miskin, bodoh, fanatic, dan sebagai bangsa marginal di alam globalisasi yang semakin parah.

Maka saran saya...persiapkan anak cucu kalian untuk hidup seperti itu...atau rubah keadaan dari sekarang...caranya silahkan berkhayal masing-masing...

Minggu, 09 November 2008

Kenapa Kita Terobsesi Terhadap Sebuah Produk


Pernah ga sih kalian kepikiran, kenapa kalian memiliki sebuah benda yang betul-betul kalian sayangi, senangi, atau apapunlah istilahnya...

ceritanya gini...saya punya satu benda yang gakan pernah saya jual sampai kapanpun...benda itu berupa jam merk casio model lama dan harganya murah...dan masih saya pake nyampe hari ini...secara fisiknya, tidak ada yang menarik dari jam ini, bisa dibilang ini adalah jam tangan yang sudah waktunya untuk dibuang..

pertanyaannya adalah, "kalo emang udah jelek ngapain masih dipake ?"...sebuah pertanyaaan sederhana, tetapi sulit bagi saya untuk menjawabnya. tapi mungkin kurang lebih penjelasannya adalah seperti ini...

Menurut mbah D.A.Norman dalam bukunya yang berjudul EMOTIONAL DESIGN, why we love (or hate everyday thing)...dikatakan bahwa manusia itu hidup dalam tiga tingkatan kesadaran, sbb :
  1. Visceral level : suatu bentuk kesadaran yang sifatnya "spontan, cepat, reaksi pertama (hello point), dimana dalam tingkatan ini masalahnya adalah seputar ini atau itu, suka atau tidak suka. dalam tingkat kesadaran inilah reaksi pertama kita muncul pada setiap benda hidup dan mati yang kita temui untuk pertama kalinya.
  2. Behavioral level : suatu bentuk kesadaran yang terbangun akibat faktor kebiasaan, dan sangat mempengaruhi gerak motorik tubuh kita. jika anda bisa pulang ke rumah dengan selamat sementara anda menyetir mobil sambil melakukan hal lain (misalkan ngobrol) itulah dimana anda berada pada level kesadaran behavioral. level ini berurusan dengan ergonomi tubuh, nyaman atau tidak nyaman, berfungsi atau tidak berfungsi, dll
  3. Reflective level : suatu bentuk kesadaran yang terbangun akibat sebuah hubungan jangka panjang, dilakukan dengan kesengajaan...dan kadang terlihat tolol bagi orang lain tapi penting bagi diri kita. Dalam level ini terjadi yang namanya obsesif, posesif dsb...atau kalo bagi anak-anak sekarang sih mereka bilangnya hal yang sangat "gue banget nih"
Dalam kasus jam tangan saya...kemungkinan besar saya menyukai benda tersebut dengan tingkat kesadaran reflective...soalnya jam tersebut merupakan jam pertama saya yang saya beli dengan uang hasil keringat sendiri, sekaligus jam tangan pertama saya yang bukan jam mainan.

Coba kalian pikirkan dalam kasus diri kalian masing-masing...jika kalian memiliki sesuatu (apapun wujudnya) yang betu-betul berarti bagi kalian...disitulah kesadaran reflective kalian bermain....

Bagi seorang desainer produk, aspek emosional desain ini harusnya lebih di perhatikan lagi lebih banyak dari pada sisi teknis...karena orang akan mau melakukan hal yang tidak masuk akal bagi sesuatu yang mereka betul-betul sukai.

...but anyway that was just a thought...window for anti thesis is wide opened...


Sabtu, 08 November 2008

Ideologi Pada Selembar Poster Film

Secara denotasi image di atas menampilkan sosok pria, dan wanita berkulit putih, sang pria terlihat dalam posisi duduk dihadapan setumpuk kertas yang berantakan, mengenakan kemeja berwarna biru, tangan kanannya memegang sebuah pena yang berapi, sedangkan tangan kirinya memegang selembar kertas, dengan mimik wajah yang terlihat polos dan ragu-ragu. Sedangkan sang wanita berdiri di belakang sang pria, mengenakan gaun berwarna merah menyala, tangan kanannya dengan kuku berwarna mera, dan memakai cincin berwarna sama sambil memegangi tangan kanan sang pria, dan tangan kirinya memegangi tangan kiri sang pria, ekspresi wajahnya terlihat sangat yakin dan tegas, tetapi senyum kecil bibirnya menjadikan wajahnya terkesan licik. Di pundaknya terlihat menggelantung seekor ular pithon dengan warna kuning kecoklatan dengan posisi kepalanya menghadap tangan kanan sang pria. Latar belakang api terlihat di belakang kedua orang tersebut, dengan "BEDAZZLED" sebagai foreground image tersebut.
Jika dilihat dari sudut pandang pemahaman body language maka image tersebut dapat dipahami sebagai berikut : "Sang pria terlihat sedang dalam keadaan pikiran yang sangat ragu-ragu, dengan ditandai oleh mimik wajah seperti jidat yang berkerut ke atas, alis mata yang terangkat datar, mata yang terbuka agak lebar, dengan tatapanya yang kosong, bibir yang sedikit terbuka. Ekspresi seperti itu pada umumnya menunjukan kekosongan pikiran, dan ketidak mampuan seseorang untuk mengambil keputusan. Sedangkan sang wanita dengan mimik wajah sebagai berikut, alis mata yang sedikit turun, mata yang terlihat menatap lurus tajam kedepan dengan sedikit menyipit, bibir yang tersenyum kecil dengan posisi agak miring ke arah kiri, dan posisi kepalanya yang sedikit sekali menyudut ke arah bawah (menunduk), dapat mengekspresikan ketegasan, sedikit rayuan, sedikit misterius, dan terlihat agak licik akibat dari senyumnya, serta secara keseluruhan kita dapat menangkap tujuan yang bersifat negatif dari sang wanita. hal ini sangat kontras dengan ekspresi sang pria.
Posisi tangan kanan sang wanita yang berada di atas tangan sang pria yang sedang memegangi sebuah pena menggambarkan unsur "pendiktean" yang sangat kental. Terlihat jelas adanya superioritas sang wanita dalam hubungannya terhadap sang pria. Begitu pula dengan posisi tangan kirinya yang sedang memegang tangan kiri sang pria yang sedang memegangi kertas. Jika posisi tangan kanan dan kiri tersebut kita lihat bersamaan dalam satu kesatuan, maka maknanya menjadi sangat jelas terbaca bahwa sang wanita berada dalam posisi yang superior terhadap sang pria, yang dalam hal ini dikatakan sebagai boneka sang wanita, dimana segala perbuatan sang pria sebenarnya adalah hasil pemikiran sang wanita yang berperan sebagai dalang di belakangnya. Kesan tersebut diperkuat dengan adanya aksesoris berupa cincin berwarna merah (cincin merupakan salah satu simbol kekuasaan dalam dunia monarki, ataupun mafia) pada jari tangan kanan sang wanita yang kukunya dicat dengan warna yang sama. Hal tersebut memperkuat penggambaran makna bahwa sang wanita memiliki pemikiran dengan karakter yang kuat (tidak plin-plan dan polos seperti sang pria).
Beralih pada komposisi penempatan kedua objek tersebut, yang menempatkan sang pria dalam posisi duduk di depan sang wanita yang berada dalam posisi berdiri. Walaupun sang pria ditempatkan di depan sang wanita, ini tidak langsung berarti menggambarkan bahwa sang pria adalah superior dibanding sang wanita. Tetapi justru kesan sebaliknya yang terlihat dengan sangat kuat pada image tersebut.
Jika kita memperhatikan posisi (maaf) payudara sang wanita yang tertumpu tepat di atas bahu sang pria, maka hal ini akan memberikan kesan bahwa sang wanita dengan sedikit memanfaatkan tubuhnya maka dia dapat menguasai sang pria dengan mudah. Hal ini seperti sebuah jalan pemikiran yang terbalik, dimana secara visual, image tersebut tidak menggambarkan faham patriarki, tetapi dilain pihak terdapat unsur pemikiran yang dapat mendeskreditkan wanita. Pemikiran tersebut diperkuat lagi dengan adanya penambahan objek berupa seekor ular pithon yang tergantung pada pundak sang wanita, apakah ini berarti bahwa ular tersebut merupakan metafora dari sifat wanita ?
Selama ini kita mengetahui (kesepakatan dalam budaya ajaran theology) bahwa ular merupakan simbol dari sesuatu yang bersifat negatif, dan ular juga merupakan sebuah mitos (dalam timgkat meyakinkan bahwa sebuah konotasi menjadi terkesan seperti sebuah denotasi) yang mengatakan bahwa ular adalah binatang terkutuk sehingga mereka harus berjalan dengan menggunakan perutnya. Jadi penggunaan objek ular dalam image tersebut sepertinya diciptakan dengan tujuan untuk menganalogikan sifat wanita dengan mitos yang terdapat pada binatang ular. Secara kasar image tersebut mengatakan bahwa wanita adalah mahluk yang licik, dan berbahaya, dan merupakan senjata setan untuk menggoda kaum laki-laki anak adam. Dan hal tersebut adalah cara yang sangat kasar dalam mengungkapkan sebuah ideology yang bernama patriarki. Dan hal tersebut kemungkinan tidak bisa diterima dalam beberapa kebudayaan yang tidak menganut faham patriarki.
Jadi sekali lagi bahwa image tersebut sebetulnya ingin menggambarkan tentang betapa mulianya mahluk yang berkelamin pria jika dibandingkan dengan mahluk yang berkelamin wanita. Sangat patriarki dan jelas akan menyinggung kaum wanita. Walaupun ditampilkan dengan cara yang tidak kentara, sangat halus (dengan menggambarkan bahwa pria adalah mahluk yang gampang dipengaruhi), dan menempatkan wanita seakan-akan dalam posisi yang superior terhadap kaum pria. Hal ini sekaligus menggambarkan bahwa dalam beberapa kebudayaan modern, pertentangan antar gender masih berlangsung hingga saat ini.
Image tersebut sebetulnya merupakan sebuah poster film amerika yang berjudul "Bedazzled" yang menceritakan kisah tentang seorang pria baik-baik yang bosan dengan hidupnya yang selalu kalah bersaing, dimana kemudian dia bertemu dengan setan yang menjelma menjadi seorang wanita cantik yang dapat mengabulkan 7 buah permintaan, asalkan sang pria akhirnya setuju untuk menjual jiwanya pada sang setan. Digambarkan betapa liciknya setan wanita tersebut yang mengabulkan berbagai permintaan sang pria, tetapi selalu membuat kecurangan dalam mengabulkan permintaan tersebut.
Seacara keseluruhan image tersebut dapat menggambarkan jalan cerita film tersebut. Penggunaan efek api pada pena yang dipegang tangan kanan sang pria merupakan metafora tentang betapa berbahayanya melakukan perjanjian dengan setan, dimana mereka selalu sigambarka sebagai mahluk ciptaan Tuhan yang sangat jahat dan licik. Sedangkan efek api yang digunakan sebagai background dari image tersebut sepertinya merupakan penggambaran tentang neraka. Dilain pihak background tersebut dapat menjadi sebuah penegasan pada sosok wanita dan penggambaran maknanya yang menggambarkan bahwa sang wanita merupakan penjelmaan setan dari neraka. Sedangkan penggunaan objek ular berfungsi untuk mengkonotasikan sifat-sifat yang dimiliki "setan" (hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh kebudayaan yang berakar pada ajaran theology).
Jadi kesimpulannya karya visual tersebut pada dasarnya merupakan sebuah kendaraan untuk penyebaran ideology patriarki, yang disampaikan dengan cara yang sangat halus dan tidak terlihat. Karya tersebut secara terselubung menggambarkan betapa licik dan jahatnya mahluk yang bernama wanita, sehingga dalam penyampaiannya dikonotasikan dengan "setan", dan disamakan dengan ular. Sebuah cara penyampaian yang sangat licik, dari penganut patriarki dengan cara membalikan makna sesungguhnya image tersebut dari penampilan visualnya.
Bagi orang yang melihatnya, kemungkinan mereka tidak akan merasa tergnggu dengan image tersebut, tetapi sesungguhnya jika diperhatikan lebih dalam maka siapapun yang tidak mendukung faham patriarki akan merasa tersinggung, terutama dari kaum wanita. Ini merupakan sebuah tesis sederhana yang membuktikan bahwa sebuah image memang dapat berfungsi sebagai kendaraan untuk menyebarkan faham atau ideology tertentu. Karena sadar atau tidak sadar lama kelamaan akan terbentuk sebuah opini dalam bentuk mitos yang menyatakan bahwa kaum wanita sama liciknya dengan ular, dan membawa difat setan yang jauh lebih besar dari kaum pria. Hal ini diperparah oleh kepercayaan dalam kebudayaan theology , yang menceritakan bahwa wanitalah yang menggoda pria hingga akhirnya manusia tergelincir dalam dosa dan dibuang ke muka bumi oleh Tuhan.
"Sebuah mitos yang sangat tidak benar, dan harus dibantah...secara nyokap gua kan juga cewe..."